Akademi Junior FC Barcelona: “La Cantera” – Pencetak Maestro Sepakbola Dunia

Timnas Indonesia sudah dipastikan gagal masuk Piala Dunia 2014. Lagi-lagi. Kompetisi instan, pengurus PSSI yang bermental amburadul, dan kurangnya manajemen profesional dalam pendidikan pemain sepakbola usia dini menjadi akar permasalahan. Seharusnya (mungkin) pendidikan olahraga (dan terutama sepakbola) di negeri kita harus mencontoh profesionalitas dan integritas dari pendidikan usia dini milik tim terbaik dunia saat ini: FC Barcelona.

FC Barcelona, memiliki banyak pemain handal dunia yang mereka dapatkan tanpa harga sama sekali – karena Akademi Junior mereka lah yang telah menemukan, membina, dan mengembangkan para bakat terbaik di Spanyol sejak usia dini. Bukan hanya dari skill mereka menggocek si kulit bundar, namun juga dari sikap dan mental mereka di luar lapangan.

“La Cantera”. Begitulah Akademi Junior milik FC Barcelona disebut dalam bahasa Spanyol, yang artinya “Sang Tambang”. Akademi ini membina para calon bibit pemain sejak usia dini. Untuk diundang menjadi bibit binaan La Cantera pun tidak sembarangan anak. Hanya pemain junior yang sangat berbakat yang bisa menjadi bagian dari La Cantera, dengan tes masuk yang sangat ketat. 3 dari pemain terbaik dunia saat ini: Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez merupakan hasil binaan dari La Cantera.

Selain itu, terdapat nama beken seperti Cesc Fabregas (yang sejak musim ini kembali merumput bersama FC Barcelona), Pepe Reina (kiper andalan Liverpool), Mikel Arteta (midfielder Everton), Pep Guardiola (salah satu midfielder terbaik di masanya, yang saat ini menjadi manager legendaris FC Barcelona), Luis Enrique (mantan kapten FC Barcelona, yang saat ini menjadi pelatih AS Roma), Bojan Krckic (saat ini merumput di AS Roma), dan banyak lagi pemain handal dilahirkan di sini.

Bahkan di line-up FC Barcelona saat ini, terdapat pula nama-nama asli produk binaan FC Barcelona Junior, yaitu kiper Victor Valdez, bek Charles Puyol, Gerard Pique, midfielder Xavi Hernandez, Sergio Busquets, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, pemain depan Lionel Messi, serta Pedro.

TIm Muda FC Barcelona (tahun 1999). Cesc Fabregas (bawah, paling kiri), dan Gerard Pique (atas, kedua dari kiri)

TIm Muda FC Barcelona (tahun 1999). Cesc Fabregas (bawah, paling kiri), dan Gerard Pique (atas, kedua dari kiri)

LALU DI MANAKAH LA CANTERA, TEMPAT PARA PEMAIN MUDA BINAAN FC BARCELONA DIBINA?

Tepat di sisi stadion Nou Camp, terdapat suatu bangunan sederhana yang menjadi Kawah Candradimuka bagi para pemain cilik FC Barcelona. Bangunan itu disebut dengan nama “La Masia”. Bangunan ini yang aslinya merupakan bangunan pertanian yang telah dibangun sejak tahun 1702 (abad ke-18), diubah menjadi suatu Boarding House pada tahun 1979 untuk mengakomodasi pembinaan para pemain muda Barcelona.

La Masia (lingkaran merah), Kawahcandradimuka pemain muda FC Barcelona, tepat berada di sisi stadion Nou Camp

La Masia (lingkaran merah), Kawahcandradimuka pemain muda FC Barcelona, tepat berada di sisi stadion Nou Camp

Orang asing sama sekali tidak diperbolehkan masuk ke area asrama La Masia.

Para pemain junior yang telah berusia lebih dari 13 tahun yang bertempat tinggal jauh dari asrama La Masia, harus tinggal menetap di sini, agar konsentrasi para pemain junior tersebut tidak terganggu oleh perjalanan melelahkan dari dan ke La Masia. Biasanya, pemain berusia 13 tahun akan berlatih selama 6 jam seminggu dan melakukan pertandingan 1×90 menit pada akhir pekan.

Untungnya, sistem asrama (Boarding House) ternyata memungkinan klub untuk membina tidak hanya skill bermain sepakbola saja, tapi juga gaya hidup dan sikap mereka, termasuk menu makanan sehat dan tidur cukup. Para pemain muda tinggal, tidur, dan makan bersama di pondok asrama La Masia. Mereka mengerjakan PR di perpustakaan yang luas serta memiliki ruang bermain dengan Table-Football, Biliar, dan Playstation.

Pola makan mereka diatur oleh para ahli gizi handal. Menu sarapan, makan siang, makan malam, dan camilan sudah disediakan oleh para ahli gizi mereka, dan tentu saja dengan cita rasa yang pas di lidah. Tidak sembarangan makanan boleh mereka konsumsi. Para profesional di La Masia sadar bahwa asupan makanan dan gizi akan menentukan kondisi fisik dan inteligensi para bibit muda mereka. Mereka paham bahwa para bibit muda mereka butuh asupan nutrisi terbaik dalam masa pertumbuhan pesat mereka.

Tidak seperti para pemain di Indonesia yang mungkin setiap hari masih makan Indomie 2 bungkus, sambel terasi, kerupuk, baso, dan lainnya ya? 🙂

Setiap pagi, para pemain muda diangkut oleh bus untuk bersekolah di sekolah lokal terbaik. Pihak klub sadar bahwa menyelesaikan pendidikan dengan baik sangat penting bagi anak didik mereka.

See? Pendidikan tetap penting karena hal itu akan merangsang kemampuan berpikir (inteligensia) seorang pemain sepakbola. Kemampuan inteligensia yang baik akan membentuk kemampuan mengendalikan emosi yang baik pula. Di Indonesia, banyak pemain sepakbola lokal yang kurang memiliki kemampuan inteligensia dan mengendalikan emosi dengan baik. Mereka “kurang” cerdas.

Selesai bersekolah pada pukul 2siang, mereka kembali ke asrama untuk makan siang, kemudian beristirahat sejenak sebelum berlatih sepakbola pada pukul 5sore selama 1,5 jam. Kemudian lanjut mengerjakan PR dengan bantuan tutor privat. Setelah makan malam, mereka punya waktu bercengkerama sejenak sebelum tidur pada pukul 9 malam. Tidak lupa, sebelum tidur, mereka melakukan doa dan ibadah bersama-sama.

“Kami membina para pemain muda untuk menjadi ORANG BAIK (good people) dengan gaya hidup sehat dan membantu mereka untuk hidup bahagia dengan cara hidup mereka,” kata Albert Capellas, koordinator senior di La Cantera. “Saat penting bagi kami agar para pemain muda memiliki respek terhadap orang lain. Mereka harus menjadi GOOD PEOPLE, seorang GENTLEMEN.”

Pemain muda FC Barcelona sedang beribadah di geraja (sekitar tahun 1997). Andres Iniesta kecil (kedua dari kiri), serta Pepe Reina (kedua dari kanan) sedang bernyanyi carol

Pemain muda FC Barcelona sedang beribadah di geraja (sekitar tahun 1997). Andres Iniesta kecil (kedua dari kiri), serta Pepe Reina (kedua dari kanan) sedang bernyanyi carol

“Ketika mereka bertanding sepakbola, kami menekankan para pemain untuk bermain dengan 3 prinsip penting,” kata Capellas, “Pertama, mereka harus menjadi anggota tim yang saling mendukung, (kedua) melakukan Foul (pelanggaran) yang sedikit, dan (ketiga) jangan terlalu agresif dalam bermain.”

“Lalu mereka harus mencoba sekuat tenaga untuk menang dengan cara bermain cantik, lebih kreatif menciptakan peluang, dan melakukan Attacking Football. Dan tentu saja pada akhirnya mereka harus memenangkan Papan Skor pertandingan,” lanjut Capellas, “tapi kami tidak ingin menang apabila kami bermain kotor.”

Kiper Liverpool Reina mulai tinggal di La Masia sejak usia 13 tahun. “Mereka mengatakan bahwa kami tidak hanya tumbuh sebagai pemain sepakbola di La Masia, tetapi juga sebagai pribadi yang baik, dan itu benar,” katanya. “Anda bisa belajar untuk menghormati orang lain dan juga untuk mempertajam ide-ide Anda. Saya tumbuh jauh lebih cepat di sana.”

NAMUN BAGI SEORANG ANAK BERUSIA 12-13 TAHUN YANG TINGGAL JAUH DARI KELUARGA DAN ORANG TUA, TANPA DORONGAN MORIL YANG BAIK, HAL ITU AKAN MENJADI SANGAT SULIT.

Pemain tengah Everton, Mikel Arteta, salah satu teman Reina di La Masia, telah meninggalkan orang tua dan lima saudaranya di Basque (salah satu provinsi di Spanyol) sejak usia 15 tahun untuk mengejar mimpinya berkarir sebagai pemain sepakbola profesional.

“Aku pernah sangat merindukan orang tua dan saudara saya, dan seringkali pada malam hari aku menangis bercucuran air mata hingga tertidur karena rindu kampung halaman,” katanya.

Andres Iniesta pun begitu. Ia tinggal di La Masia sejak usia 12 karena bakatnya yang luar biasa. Iniesta pindah dari desanya di Fuentealbilla (pusat Spanyol). Salah seorang pelatih La Cantera masih ingat trauma Iniesta setiap hari Minggu – saat orangtuanya akan kembali ke Fuentealbilla setelah menghabiskan akhir pekan bersama Iniesta remaja.

“Dia sangat dekat dengan keluarganya dan setiap perpisahan dengan orang tuanya di akhir pekan akan menjadi drama kecil yang mengharukan,” kenang Albert Benaiges, pelatih yang akan menjadi seperti seorang godfather bagi Iniesta muda.

“Andres akan menangis dan ia menghabiskan banyak waktu di rumah saya. Dan setiap kali ibu saya melihat Iniesta tersenyum saat ini, ibu saya selalu membuat lelucon, karena dia ingat betapa Iniesta menderita di hari terdahulu.”

Andres Iniesta pun ikut curhat. “Namun, setiap kali aku merasa sedih dan ingin pulang ke kampung halaman, aku akan melihat keluar La Cantera, dimana terdapat stadion Nou Camp di baliknya,” kenang Iniesta. “Itu selalu di pikiranku, bahwa tujuan ku berada di sini adalah untuk bermain di sana.”

PENGALAMAN DAN KEBERSAMAAN YANG PENUH KEDEKATAN DI MASA MUDA MENCIPTAKAN IKATAN SEUMUR HIDUP.

Cecs Fabregas, yang datang ke La Cantera ketika berusia 15 tahun, pun setuju akan hal itu. “Ini adalah tahun-tahun terbaik dalam hidup saya, dan saya membuat sahabat seumur hidup di sana,” kenangnya.

“La Masia adalah suatu keluarga,” kata Capellas. “Kami melakukan pembinaan pemain muda, karena mereka hidup tanpa orang tua dan keluarga mereka. Kami pastikan mereka merayakan semua festival, seperti Natal, dan ulang tahun setiap anak, seperti layaknya suatu keluarga.”

Cesc Fabregas Muda Bermain untuk Tim Muda FC Barcelona melawan Athletic Bilbao (tahun 2003)

Cesc Fabregas Muda Bermain untuk Tim Muda FC Barcelona melawan Athletic Bilbao (tahun 2003)

Di antara anak-anak itu, terdapat pula seorang anak pemalu dan berbadan kecil dari Argentina yang menghabiskan beberapa hari pertama dengan meringkuk di sudut kamar asrama, tanpa mau berbicara dengan siapa pun.

Namanya?? LIONEL MESSI.

Messi, pemain terbaik dunia, adalah produk maestro La Cantera. Dia tiba di sini dari Argentina saat dia berusia 13 tahun, setelah tidak ada satu pun klub Argentina yang mau membayar obat yang Messi butuhkan untuk mengobati cacat hormon pertumbuhannya. Ya, Messi memiliki gangguan hormon pertumbuhan sehingga ia tidak dapat tumbuh seperti layaknya anak normal. Hal ini tidak mengherankan bagi Barcelona untuk kemudian membina Lionel Messi, meskipun ia bertubuh 20 cm lebih pendek dari rekan-rekannya.

“Ukuran tidak penting,” kata Capellas. “Paling penting adalah bahwa pemain memiliki bakat, bahwa mereka dapat mencintai sepakbola, bukan bahwa mereka adalah yang terkuat atau tertinggi.”

Lionel Messi Junior saat menjadi binaan di La Cantera

Lionel Messi Junior saat menjadi binaan di La Cantera

LALU APA RAHASIA GAYA BERMAIN CANTIK ALA BARCELONA: TICTAC PASS ?

Possesion football dengan statistik sangat menawan: rata-rata 75% penguasaan bola dalam setiap pertandingan.

“Sejak bibit pemain muda kami berusia 7 sampai 15 tahun, segala yang kami bina di sini bertujuan menjadikan sepakbola menjadi bagian dari diri mereka,” kata Capellas. “Kami membuat mereka MENCINTAI sepakbola. Artinya mereka bermain sepakbola dengan rasa nikmat, bukan sebagai suatu kewajiban.”

“Dimulai dari usia anak-anak yang sangat dini, hal yang paling penting adalah mampu mengontrol bola (controlling) dengan sangat baik, memiliki kemampuan untuk berlari dengan bola (dribbling), berpikir sangat cepat (inteligensia baik), dan melepaskan umpang (passing) dengan sangat baik. Kami menghabiskan begitu banyak waktu untuk berlatih umpan, passing, dan memelajari taktik dan gaya bermain tim.”

Para pemain muda FC Barcelona sedang bermain di halaman rumpu La Masia, dengan latar belakang stadion legendaris Barcelona : Nou Camp

Para pemain muda FC Barcelona sedang bermain di halaman rumpu La Masia, dengan latar belakang stadion legendaris Barcelona : Nou Camp

Lalu di manakah kompetisi bermain bagi para pemain muda binaan La Cantera??

FC Barcelona memiliki tim cadangan, yang bernama Barca Athletic, yang bermain di divisi Spanyol dengan level yang lebih rendah. Banyak pemain tetap La Cantera yang bermain di Barca Athletic, yang berarti klub dapat terus mengembangkan pengalaman bermain para pemain muda berusia 16-21 tahun dalam lingkungan kompetisi yang terkendali dan kompetitif bagi level mereka.

Fakta bahwa Messi, Iniesta, Xavi dan Fabregas semua menunjukkan kontrol bola yang piawai serta gaya bermain cantik mungkin telah menunjukkan bahwa Barcelona tidak hanya beruntung untuk mewarisi generasi emas pemain, tapi juga buah dari kerja keras.

“Ini bukan keberuntungan,” Capellas bersikeras. “Ini hasil kerja keras dan cerdas. Ini model kami di Barcelona, yang telah diasah selama bertahun-tahun sejak usia dini oleh banyak profesional dengan keterampilan khusus, dan semua bekerja menuju satu visi dan tujuan yang sama: Untuk membina pemain agar menjadi tim juara.”

=============================================================================

Lalu apa dari cerita “La Cantera” FC Barcelona yang bisa kita petik hikmahnya untuk pendidikan olahraga usia dini di Indonesia?

– Pertama : “Ukuran tubuh tidak penting,” kata Capellas. “Paling penting adalah bahwa pemain memiliki bakat dan tekad untuk menjadi seorang pemain besar, bahwa mereka dapat mencintai sepakbola, bukan bahwa mereka adalah yang terkuat atau tertinggi.”

Ya, dengan ukuran tubuh para pemain Barcelona yang hampir sama dengan rata-rata tubuh pemain timnas Indonesia, tidak ada masalah sama sekali untuk menjadi seorang tim pemenang. Lionel Messi bertinggi 169 cm, Andres Iniesta bertinggi 170 cm, Xavi Hernandez bertinggi badan 170 cm – begitu pula dengan Pedro (169 cm), Bojan Krkic (170 cm), dan produk La Cantera lainnya hanya bertinggi badan pas-pasan.

Yang dibutuhkan adalah BAKAT dan TEKAD yang kuat.

– Kedua : “Kami membina para pemain muda untuk menjadi ORANG BAIK (good people) dengan gaya hidup sehat dan membantu mereka untuk hidup bahagia dengan cara hidup mereka,” kata Albert Capellas. “Saat penting bagi kami agar para pemain muda memiliki respek terhadap orang lain. Mereka harus menjadi GOOD PEOPLE, seorang GENTLEMEN.”

Ya, bermainlah dan menjadi seseorang dengan integritas yang baik jauh lebih penting. Jadilah seorang GOOD PEOPLE dan GENTLEMEN.

– Ketiga : “Barcelona memiliki tim cadangan, yang bernama Barca Athletic, yang bermain di divisi Spanyol dengan level yang lebih rendah. Banyak pemain tetap La Cantera yang bermain di Barca Athletic, yang berarti klub dapat terus mengembangkan pengalaman bermain para pemain muda berusia 17-21 tahun dalam lingkungan kompetisi yang terkendali dan kompetitif bagi level mereka.”

Ya, diperlukan suatu kompetisi yang ketat dan sesuai dengan level bermain, agar dapat mengembangkan pengalaman bermain para pemain muda sejak usia dini. Bukan hanya pembentukan proyek tim temporer (yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun, lalu dibubarkan), tapi tim dengan proyeksi jangka panjang 5-10 tahun.

– Keempat : “Ini bukan keberuntungan,” Capellas bersikeras. “Ini hasil kerja keras dan cerdas. Ini model kami di Barcelona, yang telah diasah selama bertahun-tahun sejak usia dini oleh banyak profesional dengan keterampilan khusus, dan semua bekerja menuju satu visi dan tujuan yang sama: Untuk membina pemain agar menjadi tim juara.”

Ya, hasil kerja keras dan cerdas lah yang akan membuahkan hasil. Everything is about process. Tidak ada prestasi instan.

Pekerjakan para profesional dalam membina pemain muda. Mulai dari pelatih teknik yang baik dan bermental pendidik, ahli nutrisi yang menentukan menu makanan paling bergizi, fisioterapi (dokter) handal yang mampu menjaga kondisi fisik para pemain muda, hingga pola kehidupan asrama yang bergaya hidup sehat, religius, dan penuh integritas (kejujuran).

AYO INDONESIA!!! KITA BISA!!!

===========================================================================

ditulis ulang dengan gaya bahasa sendiri oleh anakmoeda.wordpress.com
sumber: http://www.dailymail.co.uk/home/moslive/article-1265747/Inside-FC-Barcelonas-football-academy-churning-future-Messis–free.html